Halaman

Selasa, 08 Mei 2012

Hukum Mengkonsumsi Makanan yang Mengandung Sedikit Alkohol

Bismillah,
Bagaimana hukum mengkonsumsi makanan yang mengandung sedikit alkohol, misalnya tapai dan brem?
Jazakumullahu khairan.

Jawaban:
Dalam hal yang ditanyakan di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi suatu ketentuan umum dalam sabdanya,
كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ وَكُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ
“Tiap sesuatu yang memabukkan adalah khamar dan tiap sesuatu yang memabukkan adalah haram.” [1]
Dalam hadits lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan,
مَا أَسْكَرَ كَثِيْرُهُ فَقَلِيْلُهُ حَرَامٌ
“Segala sesuatu yang memabukkan (bila) banyak, (juga) adalah haram (bila) sedikit.”[2]
Dua hadits di atas menjelaskan bahwa makanan atau minuman yang memabukkan adalah haram. Bila telah mencapai kadar memabukkan, suatu makanan atau minuman tidak boleh dikonsumsi atau dimanfaatkan oleh siapapun, walaupun sedikit. Namun, bila suatu makanan atau minuman tidak memabukkan saat dikonsumsi dalam jumlah banyak, hal tersebut tidaklah mengapa.

Oleh karena itu, mengukur kebolehan memakan dua jenis makanan yang disebutkan dalam pertanyaan adalah dengan meneliti sebagai berikut.
Apabila memabukkan bila dikonsumsi, makanan tersebut tidak boleh dikonsumsi karena tergolong sebagai khamar yang diharamkan.
Apabila sama sekali tidak memabukkan bila dikonsumsi dalam jumlah banyak, makanan tersebut boleh dan halal dikonsumsi, walaupun mengandung sedikit kadar alkohol.
Al-Lajnah Ad-Da`imah, yang Syaikh Ibnu Baz rahimahullah ketuai, pernah ditanya tentang hukum mengonsumsi cuka yang mengandung kadar alkohol sebanyak 6%. Setelah menyebutkan hadits kedua di atas, mereka menjawab, “Apabila cuka tersebut memabukkan (jika dikonsumsi) dengan (kadar) yang banyak, (mengonsumsinya dengan kadar) yang sedikit (juga) adalah haram, dan hukumnya adalah hukum khamar. (Adapun) kalau tidak memabukkan jika dikonsumsi dalam (kadar) yang banyak, tidak ada larangan dalam hal menjual, membeli, dan meminumnya.”[3]
Wallahu A’lam.

[1] Diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.
[2] Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzy, Ibnu Majah, dan selainnya dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma.
[3] Fatawa Al-Lajnah 13/52-53.


Sumber: http://dzulqarnain.net/hukum-mengkonsumsi-makanan-yang-mengandung-sedikit-alkohol.html

Selasa, 17 April 2012

Menebarkan Salam



Islam adalah agama yang sempurna. Sehingga, tidak ada kebaikan sekecil apapun melainkan telah diajarkan. Dan tidak ada kejekan sekecil apapun melainkan telah dilarang.
عَنْ سَلْمَانَ قَالَ قِيلَ لَهُ قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ -صلى الله عليه وسلم- كُلَّ شَىْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ. قَالَ فَقَالَ أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِالْيَمِينِ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ.
Salman Al farisy beliau pernah ditanya: apakah nabi kalian telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu sampai dalam hal buang air? Beliau menjawab: iya, sungguh beliau Shallallahu 'alaihi wasallam melarang kita untuk menghadap kiblat ketika buang air besar atau buang air kecil, dan (melarang pula) untuk membersihkan kotoran (setelah buang air), dengan tangan kanan atau membersihkannya dengan kurang dari tiga batu, atau membersihkannya dengan kotoran hewan (yang kering) atau dengan tulang. (HR. Muslim no. 629 dari Salman Al Farisy).

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang akan senantiasa berhubungan dengan orang lain. Paling tidak dia akan berinteraksi dengan keluarganya . Di luar rumah, dia akan berjumpa dengan berbagai tipe manusia. Ada yang muslim, ada yang kafir, ada yang dewasa dan adapula yang anak-anak. Seorang muslim membutuhkan adab yang baik dalam bergaul dengan masyarakatnya. Diantara bimbingan Islam dalam hal ini adalah dengan menebarkan salam.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (27)
(artinya) : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian, agar kalian (selalu) ingat. (An Nur : 27)

Demikian pula dalam ayat yang lain Allah subhanahu wata'ala berfirman:
فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (61)
(artinya) : Maka apabila kalian memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kalian memberi salam kepada diri kalian sendiri (yang berarti memberi salam kepada penghuninya), salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagi kalian, agar kalian memahaminya. (An Nur : 61)


Tata Cara Mengucapkan Salam
Lalu bagaimanakah tata cara salam yang benar?
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ. فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ ثُمَّ جَلَسَ فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « عَشْرٌ ». ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ « عِشْرُونَ ». ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ. فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ « ثَلاَثُونَ ».
Shahabat yang mulia ‘Imron bin Hushain mengatakan: telah datang seorang lelaki kepada Nabi shollallahu 'alaihi wasallam. Maka dia pun berkata: Assalamu ‘alaikum (semoga keselamatan atas kalian), lalu beliau Shallallahu 'alaihi wasallam pun membalasnya, kemudian orang itu pun duduk. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : sepuluh (kebaikan). Selanjutnya datang lagi orang lain, lalu dia mengatakan: Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah (semoga keselamatan dan rahmat Allah atas kalian). Beliau pun membalasnya, maka orang itu pun duduk. Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: dua puluh (kebaikan). Kemudian datang lagi yang lain, lalu dia mengatakan: Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh (semoga keselamatan dan rahmat Allah dan juga berkahNya atas kalian). Beliau pun membalasnya, lalu orang itupun duduk. Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: tiga puluh (kebaikan). (HR. Abu Dawud no. 5197 dari ‘Imron bin Hushain).

Hadits ini mengajarkan kepada kita tata cara mengucapkan salam. Ada tiga cara dalam mengucapkannya, yaitu assalamu ‘alaikum, assalamu ‘alaikum wa rahmatullah, dan assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh. Masing-masing darinya memiliki pahala tersendiri. Semakin sempurna dalam mengucapkan salam, maka pahala yang akan didapatkan pun semakin banyak. Sebagaimana Allah Subhanahu wata'ala telah memerintahkan untuk membalas salam seseorang dengan yang lebih baik atau yang semisalnya. Hal ini tersebut dalam firmanNya:
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا (86)
(artinya) : Apabila kamu diberi penghormatan (salam) dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. (An Nisa’ :86)

Memberi salam merupakan hak seorang muslim atas muslim yang lainnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ ».
قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ ».
(artinya) : Hak seorang muslim atas muslim yang lainnya ada enam. Lalu ditanyakan kepada beliau: apa saja wahai Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam? Beliau menjawab : apabila kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya, apabila dia mengundangmu maka penuhilah undangannya, apabila dia meminta nasehat kepadamu maka berilah dia nasehat, apabila dia bersin lalu dia mengucapkan alhamduillah, maka doakan dia dengan doa yarhamukallah, apabila dia sakit maka jenguklah dia, dan apabila dia meninggal maka ikutilah jenazahnya. (HR. Muslim no. 5778 dari Abu Hurairah).
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ ، وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ.
Ada seorang bertanya kepada Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam : (diantara ajaran Islam apakah yang paling baik? Baliau menjawab: engkau memberikan makanan (kepada yang membutuhkan), dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang tidak kamu kenal. (HR. Al Bukhari no. 12,28,6236 dan Muslim no. 169 dari ‘Amr Bin Al ‘Ash)

Para shahabat dahulu, tatkala menanyakan sesuatu kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bukan sekedar untuk mencari ilmu, namun juga ingin untuk mengamalkannya. Maka apabila dikatakan kepada mereka Islam seperti ini dan itu, maka mereka akan bersegera untuk mengamalkannya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi yang bertanya kepada seorang alim dan dia meminta kepadanya suatu fatwa, hendaklah meniatkan dalam hatinya untuk mengamalkan, apabila sang alim menunjukkan kepadanya suatu kebaikan. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh para shahabat.

Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan seseorang agar mengucapkan salam kepada orang yang dikenalnya ataupun yang tidak dikenalnya. Maka hendaknya seseorang memberi salam bukan kepada yang dikenal saja, bahkan seyogyanya ia mengucapkan salam dalam rangka untuk mendapatkan pahala dan juga agar menumbuhkan sifat lembut di hati kaum muslimin. Apabila ia mengucapkan salam hanya kepada orang yang dikenal saja, maka tentunya akan terluput darinya kebaikan yang banyak. Apabila misalnya, ada sepuluh orang yang ditemui secara terpisah, namun ia hanya mengenal satu orang saja diantara mereka. Jika hanya mengucapkan salam kepada satu orang saja, tentunya pahala yang ia dapat kurang. Berbeda halnya apabila ia mengucapkan salam kepada orang yang dikenal dan yang tidak dikenal, maka tentunya pahala yang didapat akan semakin banyak. Dan ini merupakan sebab kaum muslimin saling mencintai.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا.أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ ».
(artinya) : kalian tidak akan masuk ke dalam surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak dikatakan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukan kepada kalian sesuatu yang bisa menyebabkan kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian. (HR. Muslim no. 203 dari Abu Hurairah)


Mengucapkan Salam Kepada Orang Kafir
Kemudian, yang perlu diperhatikan adalah masalah mengucapkan salam kepada orang kafir. Apabila seorang bertemu dengan orang kafir, maka tidak boleh baginya untuk mengucapkan salam kepadanya. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang hal tersebut, sebagaimana dalam sabdanya:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ فَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِى طَرِيقٍ فَاضْطَرُّوهُ إِلَى أَضْيَقِهِ ».
(artinya) : Janganlah kalian mendahului mengucapkan salam kepada orang Yahudi dan Nashrani, dan apabila kalian bertemu dengan mereka di jalan, maka sempitkan jalan untuk mereka. (HR. Muslim no. 5789 dari Abu Hurairah)

Lalu bagaimana jika mereka (orang kafir) yang terlebih dahulu mengucapkan salam? Kita jawab wa ‘alaikum (dan atas kalian). Hal ini berdasarkan sabda Nabi shollallahu 'alaihi wasallam:
أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَقُولُوا وَعَلَيْكُمْ.
(artinya) : Apabila ahlul kitab (orang-orang kafir) mengucapkan salam kepada kalian, maka katakanlah wa ‘alaikum (dan atas kalian). (HR. Al Bukhari no. 6258 dan Muslim no. 5780 dari Anas Bin Malik).

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan bahwa orang kafir ketika mengucapkan salam, bukan yang dimaksudkan adalah mendoakan keselamatan sebagaimana kaum muslimin. Akan tetapi, mereka menggunakan lafadz yang mirip, namun maknanya sangat bertentangan. Mereka mengucapkan assaamu ‘alaikum (yang artinya) racun (kecelakaan) atas kalian. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمُ الْيَهُودُ فَإِنَّمَا يَقُولُ أَحَدُهُمُ السَّامُ عَلَيْكَ فَقُلْ وَعَلَيْكَ.
(artinya) : Apabila orang Yahudi mengucapkan salam kepada kalian, maka sesungguhnya mereka mengatakan assaamu ‘alaik (kecelakaan atas kamu), maka jawablah wa ‘alaik (dan atasmu juga). (HR. Al Bukhari no. 6257 dari Abdullah Bin Umar)
أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ مَرَّ يَهُودِيٌّ بِرَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ السَّامُ عَلَيْكَ ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَعَلَيْكَ ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَتَدْرُونَ مَا يَقُولُ : قَالَ السَّامُ عَلَيْكَ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ أَلاَ نَقْتُلُهُ قَالَ : لاََ إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَقُولُوا وَعَلَيْكُمْ.
Anas bin Malik pernah bercerita bahwa ada seorang Yahudi melewati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu dia mengatakan, assaamu ‘alaik (kecelakaan atasmu). Maka Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam menjawab : wa ‘alaik (dan atasmu juga). Tidakkah kalian mengetahui apa yang dia katakan? Dia mengatakan assaamu ‘alaik (kecelakaan atasmu), kata Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam selanjutnya. Para shahabat pun mengatakan : wahai Rasulullah, tidakkah kita membunuhnya? Beliau menjawab : jangan, apabila ahlul kitab mengucapkan salam kepada kalian, maka katakanlah wa ‘alaikum (dan atas kalian juga). (HR. Al Bukhari no. 6926 dari Anas Bin Malik)

Kebiasaan mengucapkan salam kepada sesama kaum muslimin merupakan sifat yang terpuji. Namun dewasa ini, banyak dari kaum muslimin yang meninggalkannya. Ketika bertemu dengan sesamanya, mereka tidak mengucapkan salam. Bahkan ada sebagian mereka yang lebih menyukai ucapan selamat pagi,selamat sore, atau yang semisalnya. Padahal ini merupakan kebiasaan orang-orang kafir. Maka hendaklah kita membiasakan diri-diri kita untuk memberi salam kepada orang lain dengan salam yang sesuai dengan tuntunan syariat.


Adab Mengucapkan Salam
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai suri tauladan yang baik bagi umatnya telah mengajarkan kepada kita adab-adab ketika mengucapkan salam.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِي وَالْمَاشِي عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : يُسَلِّمُ الصَّغِيرُ عَلَى الْكَبِيرِ
Diantara adab yang beliau ajarkan adalah seorang yang berkendaraan memberi salam kepada orang yang berjalan, orang yang berjalan mengucapkan salam kepada orang yang duduk, dan orang yang jumlahnya sedikit memberi salam kepada orang yang jumlahnya banyak. Dalam riwayat yang lain, Nabi shollallahu 'alaihi wasallam menyebutkan: dan yang kecil memberi salam kepada orang dewasa. (HR. Al Bukhari no. 6232,6231 dan Muslim no. 5772 dari Abu Hurairah).

Diantaranya pula adalah memberi salam tatkala memasuki rumah. Allah subhanahu wata'ala berfirman:
فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (61)
(artinya) : Maka apabila kalian memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kalian memberi salam kepada diri kalian sendiri (yang berarti memberi salam kepada penghuninya), salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagi kalian, agar kalian memahaminya. (An Nur : 61)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga mengajarkan untuk memberi salam kepada anak kecil. Hal ini berdasarkan penuturan dari Anas Bin Malik.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّهُ مَرَّ عَلَى صِبْيَانٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ وَقَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَفْعَلُهُ.
Beliau pernah melewati anak-anak lalu beliau pun mengucapkan salam kepada mereka. Maka beliau pun berkata: adalah Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam dahulu beliau biasa melakukan hal tersebut. (HR. Al Bukhari no. 6247 dari Anas Bin Malik)

Dari hadits yang mulia ini kita bisa mengambil faidah, yaitu dibolehkannya memberi salam kepada anak kecil. Dan mengucapkan salam kepada anak-anak merupakan bentuk pengajaran akhlak kepada mereka. Sehingga nantinya mereka juga akan terbiasa mengucapkan salam kepada orang lain. Tidak sedikit dari anak-anak kaum muslimin sekarang ini yang tidak mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang lain. Bahkan ketika masuk rumah mereka tidak memberi salam kepada keluarganya.Anak-anak merupakan generasi penerus yang akan membawa Islam di masa yang akan datang. Oleh karena itu, apabila dididik dengan baik semenjak dini, diharapkan mereka menjadi baik pula di waktu yang akan datang.

Sebagai penutup, ada baiknya kita mengingat hadits Nabi shollallahu 'alaihi wasallam:
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ ».
(artinya): Barangsiapa yang menunjukkan atas suatu kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala semisal pahala yang didapat oleh pelakunya. (HR. Muslim no. 5007 dari Abu Mas’ud Al Anshary).

Semoga dengan mencontohkan atau mengajarkan untuk memberi salam kepada sesama muslim, kita akan mendapatkan pahala semisal pahala orang yang mengamalkannya. Wallahu a'lam.


Oleh : Abu Ali Abdus Shobur hafidzahulloh
Muroja’ah : Al-Ustadz Abu Karimah Askari hafidzahulloh

Bunga Rampai Virus Kehidupan

Allah subhanahu wata'ala telah berfirman dalam kitabNya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُونَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At Tahrim : 6)

Manusia adalah makhluk sosial, yang membutuhkan interaksi dengan yang lainnya. Di tengah kehidupan masyarakatnya, tentunya ia akan menjumpai berbagai macam tipe manusia. Ada yang baik sifatnya dan ada pula yang jelek. Jika mendapati teman yang baik, maka dia beruntung. Namun jika mendapatkan teman yang buruk, maka sungguh merupakan kerugian. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ;
عَنْ أَبِى مُوسَى عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً ».
Permisalan teman yang baik dan teman yang jelek seperti pembawa minyak wangi dan tukang las. Adapun pembawa minyak wangi, mungkin dia akan memberimu, dan mungkin kamu bisa membeli darinya, dan mungkin kamu akan mendapati darinya bau yang harum. Adapun tukang las, ada kalanya dia akan membakar bajumu, dan mungkin juga kamu akan mendapati darinya bau yang busuk. (HR. Al Bukhari no.5534 dan Muslim no. 6860 dari Abu Musa)

Teman yang baik tentunya akan membawa kepada kebaikan, sedangkan teman yang jelek akan membawa kepada kejelekan pula. Sehingga penting bagi kita untuk memilah dan memilih dalam berteman. Tidak setiap orang yang kita temui , dapat dijadikan sebagai teman. sebaik-baik teman adalah yang bisa membawa kita semakin mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wata'ala.

Dalam kehidupan bersama masyarakat, peranan teman yang baik sangat dibutuhkan. Terlebih lagi di zaman ini, keburukan sudah tersebar tak terbendung. Seseorang yang memiliki teman yang baik, akan lebih terjaga diri dan keluarganya dari virus yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Virus yang dimaksudkan disini adalah hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam apapun bentuknya. Virus yang merusak hati dan menjerumuskan kepada berbagai jenis kemungkaran. Dan yang kita saksikan semakin hari, semakin bertambah virus yang menyebar di tengah-tengah masyarakat. Mulai dari hal yang kecil seperti tata cara berpakaian,makan, dan bentuk muamalah lain, saat ini sudah terinfeksi virus penyimpang syariat. Maka terlebih lagi hal-hal yang lebih besar dari pada itu.
Virus-virus yang ada di masyarakat sumbernya adalah Iblis la’natullah ‘alaihi. Dia telah bersumpah di hadapan Allah subhanahu wata'ala untuk menyesatkan anak keturunan Adam ‘alahis salam. Allah Subhanahu wata'ala berfirman) :
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83)
Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka. “(Shad : 82-83)

Dan didalam ayat yang lain Allah subhanahu wata'ala berfirman:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17)
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya dengan kesesatan, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (Al A’raf : 16-17)

Shahabat yang mulia Ibnu Abbas, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan iblis akan mendatangi dari depan yakni dengan menjadikan mereka ragu terhadap akhiratnya. Adapun yang dimaksud bahwa Iblis akan mendatangi dari belakang yakni dengan menjadikan mereka senang terhadap dunia. Dan yang dimaksud dengan mendatangi mereka dari arah kanan yakni dengan membuat syubhat terhadap agama mereka. Dan yang dimaksud dengan mendatangi dari arah kiri yakni dengan membuat mereka senang terhadap kemaksiatan.

Maka dari sini kita mengetahui bahwa Iblis la’natullah ‘alaihi benar-benar akan berusaha untuk menyesatkan manusia dari berbagai jalan. Sehingga kita dapati berbagai macam virus menyebar di masyarakat, baik itu kemaksiatan, kebid’ahan, kesyirikan serta kekufuran. Dan tidak sedikit pula orang yang sudah terjatuh kedalamnya. Bahkan ada diantara mereka yang keluar dari agama Islam karena virus tersebut. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا ».
Bersegeralah kalian untuk beramal, sebelum datang fitnah-fitnah yang seperti potongan gelapnya malam. (karena dahsyatnya fitnah tersebut) sehingga di pagi hari seorang itu mukmin, dan di sore harinya sudah kafir. Dan (adapula) yang di sore hari dia mukmin, lalu di pagi harinya dia kafir. (hal ini disebabkan) karena dia menjual agamanya dengan segelintir dari dunia. (HR. Muslim no. 328 dari Abu Hurairah)

Ada diantara manusia yang akalnya telah dirusak oleh virus yang ditebarkan oleh Iblis la’natullah ‘alahi dan bala tentaranya. Sehingga kita dapati mereka melakukan hal-hal yang aneh yang tidak masuk akal. Diantara contohnya adalah ada diantara mereka yang berdoa dan meminta sesuatu kepada kuburan, pohon, batu atau yang semisalnya. Padahal akal yang sehat tentunya mengetahui bahwa kuburan, batu, pohon atau yang semisalnya tidaklah mungkin bisa mengabulkan apa yang mereka minta. Allah subhanahu wata'ala berfirman :
إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ (14)
Jika kamu (berdoa) menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat mengabulkan permintaanmu. (Fathir :14)

Sebagian manusia yang lain terjangkiti virus pemahaman. Anggapan bahwa seseorang yang telah bersyahadat La ilaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah, berarti telah mendapat jaminan masuk surga. Sehingga tidak perlu melakukan amalan-amalan ibadah, seperti shalat, puasa, dan yang lainnya. Bahkan ada sebagian mereka yang berani terang-terangan melakukan kemaksiatan dengan berbagai jenisnya sembari tetap memiliki harapan yang besar akan surgaNya hanya dengan syahadat yang telah diucapkannya. Ini jelas merupakan kekeliruan. La ilaha illallah memang merupakan kunci surga, akan tetapi bukankah setiap kunci ada geriginya? Maka konsekuensi dari La ilaha illallah adalah geriginya. Sehingga tidak cukup bagi seorang hanya mengucapkannya saja, tapi perlu baginya mengamalkan kandungannya.

Dan disana ada pula yang sebaliknya, mereka beranggapan bahwa pelaku dosa besar (yang dibawah syirik dan kufur) telah batal syahadatnya (kufur/keluar dari Islam), sehingga berhak untuk diperangi. Sehingga tidak heran jika mereka melakukan berbagai upaya untuk memerangi kaum muslimin. Mereka melakukan aksi pengeboman di berbagai tempat, bahkan ada yang mengebom masjid. Tidak sedikit pula mereka yang merampas harta kaum muslimin dengan anggapan halal harta mereka untuk diambil. Sungguh telah rusak akal dan pikiran mereka disebabkan virus yang ditebarkan oleh Iblis la’natullah ‘alaihi dan bala tentaranya. Kita berlindung kepada Allah subhanahu wata'ala dari hal yang demikian.

Yang benar dalam hal ini adalah bahwasanya pelaku dosa besar (yang dibawah syirik dan kufur) tidak dihukumi dengan kekufuran hanya karena semata-mata dia melakukan dosa besar. Allah subhanahu wata'ala berfirman :
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (9) إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (10)
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai mau kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah mau, damaikanlah antara keduanya dengan keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Al Hujurat : 9-10).

Perhatikanlah, memerangi kaum mukminin termasuk dari dosa besar. Namun dalam ayat ini Allah Subhanahu wata'ala tidak menghukuminya dengan kekufuran, bahkan masih menyebutnya sebagai saudara kaum mukminin. Ini menunjukan bahwa pelaku dosa besar tidak dihukumi dengan kekufuran dengan sebab dosa besar yang dilakukannya.

Adapun hukum di akhirat nanti, pelaku dosa besar berada dibawah kehendak Allah Subhanahu wata'ala. Jika Allah subhanahu wata'ala menghendaki untuk mengampuninya, maka dia akan diampuni dan dimasukan kedalam surga. Dan jika Allah Subhanahu wata'ala menghendaki untuk mengadzabnya, maka dia akan dimasukkan kedalam neraka terlebih dahulu, baru kemudian nantinya dia akan dimasukan kedalam surga.

Di sisi lain, virus yang menyebar di tengah masyarakat justru berupa hal yang dianggap baik. Sebagai contohnya adalah berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahram. Bagi sebagian orang hal tersebut adalah suatu kebaikan, bahkan kalau tidak dilakukan justru merupakan hal yang tercela. Namun hal ini pada hakekatnya merupakan hal yang bertentangan dengan syariat Islam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sama sekali tidak pernah berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.
Aisyah pernah berkata :
وَاللَّهِ مَا مَسَّتْ يَدُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ
Demi Allah, tidaklah pernah tangan Raosulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menyentuh tangan seorang wanita (yang bukan mahram) (HR. Al Bukhori no. 5288 dan Muslim no.4941 dari Aisyah)

Contoh virus lain yang dianggap baik adalah mendengarkan musik. Sebagian orang menganggap bahwa mendengarkan musik hukumnya boleh-boleh saja bahkan bermanfaat bagi kecerdasan. Sehingga mereka memutar musik di rumah-rumah mereka, di jalan-jalan, di angkutan umum, bahkan di masjid-masjid. Bahkan sebagian menjadikannya sebagai sarana dakwah, sehingga mereka sebut sebagai musik Islami. Oleh karena itu, tidak sedikit dari kaum muslimin yang gemar mendengarkan musik. Inilah virus yang telah menyerang hati-hati kaum muslimin. Mereka lebih senang dengan musik daripada Al Quran. Hari-hari mereka diisi dengan musik, baik ketika di rumah, di jalan, di kantor, dan di mana saja.

Allah subhanahu wata'ala telah berfirman menjelaskan haramnya musik, sebagaimana dalam firmanNya :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ (6)
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna (musik) untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (Luqman:6)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda :
أَبُو عَامِرٍ ، أَوْ أَبُو مَالِكٍ - الأَشْعَرِيُّ وَاللَّهِ مَا كَذَبَنِي سَمِعَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
akan ada diantara umatku suatu kaum yang mereka menghalalkan perzinaan, dan sutera, dan khomr, dan juga alat-alat musik. (HR. Al Bukhari no. 5590 dari Abu ‘Amir atau Abu Malik Al Asy’ary)

Dan disana masih banyak lagi virus yang menyebar ditengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu hendaklah kita senantiasa waspada dan berhati-hati terhadap virus yang disebarkan oleh Iblis la’natullah ‘alaihi dan bala tentaranya. Allah subhanahu wata'ala berfirman :
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ (112)
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Robbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (Al An’am :112)

Semakin hari, semakin bertambah pula virus yang menyebar. Bukan hanya orang dewasa saja yang terkena bahkan anak-anak kecil juga terkena dampaknya baik disadari maupun tidak. Menyadari bahaya laten ini, sudah sepantasnya kita selalu membentengi diri kita dan juga keluarga kita dari berbagai macam virus hati tersebut. Satu-satunya jalan adalah dengan kembali kepada bimbingan agama yang shahih, yang bersumber dari Al Quran dan As Sunnah dengan pemahaman salafus shalih.

Mari renungilah firman Allah Subhanahu wata'ala ini :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (8)
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (At Tahrim :8)

Hendaklah kita senantiasa mengoreksi diri-diri kita. Dan kita bertaubat kepada Allah Subhanahu wata'ala dari kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan, melindungi kita dari virus-virus kehidupan. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wata'ala menjadikan kita termasuk hamba-hambaNya yang diridhaiNya. Wallahu a’lam.






Oleh : Abu 'Ali Abdus Shobur
Muroja'ah : Al-Ustadz Abu Karimah Askari Hafizhahulloh

Sumber: http://salafybpp.com/adab-a-akhlak/201-bunga-rampai-virus-kehidupan.html