Halaman

Rabu, 14 Desember 2011

Keutamaan Menghafal


KEUTAMAAN MENGHAFAL
Oleh: Syaikh Abdul Qayyum As-Suhaibany

Menghafal ilmu di dada merupakan perkara yang sangat penting. Tanpa menghafal tidak mungkin seorang penuntut ilmu akan mencapai tujuan (keberhasilan). Maka kadar keilmuan seorang penuntut ilmu adalah sesuai dengan kadar kemampuan hafalannya dari nash-nash Al Kitab, As-Sunnah dan matan-matan ilmiyyah serta kemampuan dia untuk menyampaikan ucapan-ucapan para ulama. Maka manakala bertambah hafalannya, niscaya akan tinggilah kedudukannya.  
Sungguh telah dikatakan, “Barangsiapa yang hafal matan-matan, niscaya ia akan mendapatkan berbagai bidang ilmu.”
Dan juga dikatakan, “Barangsiapa yang hafal ushul (dasar-dasar ilmu, pent) niscaya ia akan mendapatkan tujuannya.”  
Menghafal adalah menampakkan (menyampaikan) ucapan di luar kepalanya. Maka ia menancapkan dan mengokohkannya ke dalam dadanya, sehingga memungkinkan baginya untuk mengeluarkannya kapan saja dia kehendaki.
Dikatakan : “Menghafal Al Qur’an” maksudnya menghafalkannya dari luar kepalanya. ([1])
Berkata Abdurrahman bin Mahdi, “Menghafal adalah kemutqinan (kekokohan).” ([2])  
Imam Ahmad bertanya kepada Muhnan, “Apakah yang dimaksud dengan menghafal ?” Ia (Muhnan) menjawab, “Kemutqinan (kekohan) adalah menghafal.” ([3])   
Karena pentingnya menghafal dan tingginya kedudukannya, maka para ulama memberikan wasiat dan membimbing murid-muridnya untuk menghafal dengan memberikan penjelasan kepada mereka bahwa menghafal itu lebih bermanfaat daripada semata-mata mengumpulkan ilmu di buku tulis-buku tulis (sekedar menulisnya, pent).
Berkata Al A’masy, “Hafalkanlah apa yang telah kalian kumpulkan, karena sesungguhnya  orang yang mengumpulkan ilmu dan tidak menghafalnya dan tidak menghafalkannya, maka ia seperti seorang yang duduk di atas meja makan dan mengambil sesuap makanan kemudian ia membuangnya ke belakang punggungnya. Maka kapan kamu akan melihat dia kenyang?!!” ([4]) 
Berkata Al Qasim bin Khallad, dikatakan, "Menghafalkan apa yang ada di dalam dada seseorang lebih utama dari pada mempelajari buku tulisnya. Dan satu huruf yang engkau hafalkan dengan hatimu, lebih bermanfaat bagimu daripada seribu hadits yang ada dalam buku tuilismu." ([5]) 
Berkata Al 'Askari, "Jika ilmu yang kamu kumpulkan sedikit tapi kamu hafal, niscaya akan banyak manfaatnya. Tapi jika (ilmu yang kamu kumpulkan) itu banyak dan tidak dihafalkan, maka akan sedikit manfaatnya." ([6]) 
Bahkan karena pentingnya menghafal dan besarnya kedudukannya, para ulama menganggapnya sebagai salah satu bidang ilmu, bukan selainnya dari apa yang terkandung pada perut-perut buku (dalam buku).    
Berkata Abdurrazak bin Hammam, "Semua ilmu yang tidak masuk bersama pemiliknya ke dalam kamar mandi, maka ia tidak dianggap sebagai ilmu." ([7])  
Kemudian beliau membacakan sya'ir,
Dan bukan disebut ilmu apa-apa yang terdapat di rak-rak buku,
              Tidak ada ilmu kecuali apa yang terkandung dalam dada. ([8]) 
Ba'it sya'ir ini adalah karya Al Khalil. ([9]) 
Berkata Husyaim bin Basyir, "Barangsiapa yang tidak hafal hadits, maka ia bukanlah pemilik hadits. Datang salah seorang dari mereka dengan suatu kitab yang ia bawa seakan-akan ia adalah sekretaris perpustakaan." ([10])  
Berkata Muhammad bin Yasir Al Azdi,
Jika kamu tidak menjadi orang yang paham lagi hafal (terhadap bidang-bidang ilmu),
              Maka usahamu mengumpulkan kitab-kitab tidaklah bermanfaat.
Saya disaksikan dengan ketidakmampuan dalam suatu majlis,
              Dan ilmuku di dalam rumah (masih) tersimpan. ([11]) 
Sebagian mereka berkata,
Seseorang yang menyimpan ilmu di kertas, maka ia telah menyia-nyiakannya,
              Sejelek-jelek gudang ilmu adalah kertas-kertas.  ([12]) 
Berkata Ibnu Abdil Barr, "Diantara ucapan yang disandarkan kepada Manshur Al Faqih adalah,
Ilmuku bersamaku kemanapun aku berjalan,
              Perutku senantiasa menyimpannya, bukan perut kotakan.
Jika aku ada di rumah, maka ilmu itu juga ada di rumah bersamaku, 
              Atau jika aku berada di pasar, maka ilmu itu juga ada di pasar (bersamaku). ([13])

Faidah :
Dua bait ini disebutkan oleh Al Khathib dan beliau menyandarkannya kepada Basyar. ([14]) 
Berkata Shidiq Hasan Al Qinwaji, " Dan seharusnya bagi seseorang untuk menghafal ilmu yang telah ia tulis, karena ilmu adalah apa yang terdapat di dalam hati bukan apa yang tersimpan di buku tulis." ([15])   
Diantara para ulama yang memperkuat tentang pentingnya menghafal, dan yang memperjelas tentang besarnya kedudukan menghafal adalah apa yang kadang terjadi pada buku-buku berupa hilangnya buku-buku tersebut. Maka terputuslah (hilanglah) ilmu yang ada di dalamnya kalau tidak dihafalkan di dalam dada.
Berkata sebagian mereka (para ulama) : ([16])
Wajib bagimu untuk menghafal bukan hanya mengumpulkannya di buku-buku,
              Karena buku itu mempunyai banyak penyakit yang dapat merusaknya (memisahkannya).
Ditenggelamkan oleh air dan terbakar api,
              Dimakan rayap dan diambil pencuri.   

Sungguh hal ini pernah terjadi pada sebagian ulama, hilang kitab-kitab mereka karena banyak sebab, dan mereka jauh darinya, maka merekapun kembali kepada apa yang telah dihafal di dalam dada. Diantara mereka adalah :
  1. Abu 'Amr bin Al 'Alaa' (meninggal tahun 287 H), dikatakan, "Dahulu kitab-kitabnya memenuhi rumahnya, kemudian terbakar kitab-kitabnya. Maka semua ilmu yang diambil darinya (setelah terbakar kitab-kitabnya, pent.) samapai akhir umurnya adalah dari hafalannya." ([17])
  2. Ibnu Abi 'Ashim (meninggal tahun 287 H0, dikatakan, "Kitab-kitabnya hilang di Bashrah ketika terjadi fitnah Az-Zinj. Maka iapun mengulang dari hafalannya sebanyak 50.000 hadits." ([18])   
  3. Abu Bakr Muhammad bin Umar Al Ji'abi (meninggal tahun 355 H) beliau berkata, "Saya masuk menemui salah seorang budakku, dan di sana saya mempunyai 2 qimathr. Kemudian saya mengutus budakku kepada orang yang ada padanyakitab-kitab. Lalu budak inipun kembali dalam keadaan bersedih (muram), kemudian berkata, "Kitab-kitab itu telah hilang." Maka sayapun berkata, "Kamu jangan sedih, karena sesungguhnya di dalam kitab-kitab tersebut ada 200.000 hadits yang tidak bermasalah (tidak ada isykal) bagiku dari hadits-hadits tersebut baik sanad maupun matan." ([19])   
  4. Abu Abdillah Abdurrahman bin Ahmad Al Khuttuli (meninggal tahun 335 H), ia masuk ke Bashrah dan (pada waktu itu) tidak ada satupun dari kitab-kitabnya yang bersamanya (ia bawa). Maka iapun menyampaikan hadits yang masyhur sampai dating kepadanya kitab-kitabnya, kemudian iapun berkata, "Saya telah menyampaikan 50.000 hadits dari hafalanku sampai dating kitab-kitabku kepadaku."  ([20]) 
  5. Abu Ahmad Muhammad bin Abdillah Az-Zubairi (meninggal tahun 202 H), ia berkata, "Saya tidak perduli dengan terbakarnya kitab-kitab Sufyan dariku, sesungguhnya aku telah menghafal seluruhnya." ([21]) 
[Diterjemah oleh Abu Idris dari kitab Al Hifzhu]

([1]) Al Mishbahul Munir (Hal. 55)
([2]) Al Jaami’ Li Akhlaaqir Raawi Wa Adaabis Saami’ (2/13)
([3]) Al Adabusy Syar’iyyah (2/119) 
([4]) Al Jaami’ Li Akhlaaqir Raawi (2/248)
([5]) Al Jaami' karya Al Khathib Al Baghdadi (2/226)
([6]) Al Hatstsu 'Ala Thalabil 'Ilmi hal. 74
([7]) Al Jaami' karya Al Khathib Al Baghdadi (2/250)
([8]) Al Hatstsu 'Ala Hifzhil 'Ilmi karya Ibnul Jauzi hal. 25-26
([9]) Lihat : Jaami'u Bayaanil 'Ilmi hal. 115
([10]) Al Kaamil karya Ibnu 'Adi (1/95)
([11]) Al Jaami' Li Akhlaaqir Raawi (2/251-252)
([12]) Jaami'u Bayaanil 'Ilmi hal. 116.
([13]) Jaami'u Bayaanil 'Ilmi hal. 116.
([14]) Jaami'u Bayaanil 'Ilmi hal. 116.
([15]) Al Jaami' Li Akhlaaqir Raawi (2/250)
([16]) Tahsiinul Qabiih Wa Taqbiihul Hasan karya Ats-Tsa'libi hal. 84. 
([17]) Al Hatstsu 'Ala Thalabil 'Ilmi hal. 74.
([18]) Tadzkiratul Huffaazh (2/641)
([19]) Al Hadaa'iq karya Ibnul Jauzi (1/27), Al Hatstsu 'Ala Hifzhil 'Ilmi hal. 61 dan As-Siyar (15/436).
([20]) Al Hatstsu 'Ala Hifzhil 'Ilmi hal. 45, lihat : As-Siyar (15/436)
([21]) Tadzkiratul Huffaazh (1/357)

Cara Cepat Menghafal Al Qur'an 1

Keutamaan Al Qur’an
Oleh: Asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Muhammad Al Qaasim 

Sesungguhnya ucapan lisan yang paling mulia dan suara terbaik yang mengetuk pendengaran adalah Kalam Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, yang menyeru kepada hidayah dan merupakan cahaya (penerang) bagi kegelapan serta penjaga dari berbagai macam fitnah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
قَدْ جَاءَكُمْ مِّنَ اللهِ نُوْرٌ وَّكِتَابٌ مُّبِيْنٌ  (المائدة : 15)
Artinya : “Sungguh telah datang dari sisi Allah cahaya dan kitab yang jelas.” (QS. Al Maidah : 15)
Juga merupakan obat bagi jiwa dan badan (yang sakit).  Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
َونُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ (الإسراء : 82)
Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an sesuatu yang merupakan obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al Isra’ : 82)
Serta merupakan medan yang luas guna memperbanyak pahala. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثاَلِهَا.
لاَ أَقُوْلُ: ألم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ. (رواه الترمذي)
Artinya : “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu pahala kebaikan. Dan setiap kebaikan akan dilipatgandakan menjadi 10 kali lipat. Tidaklah aku mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf, tapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)
Dan Al Qur’an adalah pemberi syafa’at bagi orang-orang yang membacanya di hari kiamat. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
اقْرَءُوا اْلقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ اْلقِيَامَةِ شَفِيْعًا ِلأَصْحَابِهِ. (رواه مسلم)
Artinya : “Bacalah Al Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang membacanya.” (HR. Muslim)
Dia juga merupakan pembela bagi orang-orang yang mengamalkannya pada hari kiamat. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
يُؤْتَى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِالْقُرْآنِ وَأَهْلِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ بِهِ فِي الدُّنْيَا، تَتَقَدَّمُهُ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ وَآلِ عِمْرَانَ تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا. (رواه مسلم)
Artinya : “Pada hari kiamat nanti akan didatangkan Al Qur’an dan ahlinya yang mengamalkannya ketika di dunia. Maka akan menghadap kepadanya surat Al Baqarah dan surat Ali Imran, keduanya memberikan pembelaan kepada orang-orang yang membaca dan mengamalkannya.” (HR. Muslim)

Dengan Al Qur’an seseorang akan mendapatkan kemuliaan derajat di surga. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
اقْرَأْ وَارْقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تَرَتَّلَ فِي الدَّارِ الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُ بِهَا. (رواه أحمد)
Artinya: “ Akan dikatakan kepada shahibul qur’an (pembaca Al Qur’an), ‘Bacalah dan naiklah ke derajat yang tinggi dan bacalah dengan tartil sebagaimana anda telah membacanya dengan tartil ketika di dunia, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang kamu baca.” (HR. Ahmad) 
Orang yang pandai dan lancar membaca Al Qur’an, maka ia akan bersama barisannya para malaikat dan para rasul yang mulia. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 
المَاهِرُ بِِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَ الَّذِي يَقْرَأُ اْلقُرْآنَ وَ يَتَعْتَعْ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ. (متفق عليه)
Artinya: “Orang yang pandai membaca Al Qur’an, maka ia akan bersama para malaikat dan para rasul yang mulia. Dan orang yang membaca Al Qur’an dengan terbata-bata (mengalami kesulitan), maka baginya dua pahala.” (Muttafaqun ‘alaih)
Ahli Qur’an adalah ahli (golongan) Allah yang terdekat. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersada :
إِنَّ لِلَّهِ أَهْلَيْنِ مِنَ النَّاسِ. قَالُوا: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ الله ؟ قَالَ: هُم أهْلُ الْقُرْآنِ أَهْلُ اللهِ وَخَاصَّتُهُ. (رواه النسائي)
Artinya: “Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala memiliki dua ahli dari manusia. Para sahabat bertanya, ‘Siapakah mereka wahai Rasululloh ?’ Beliau menjawab : ‘Mereka adalah ahli Qur’an, ahli Allah dan kekhususan-Nya’.” (HR. An-Nasa’i)
Al Qur’an merupakan dasar untuk diperolehnya ketinggian derajat (kedudukan) dan kemuliaan di dunia dan di akhirat. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ. (رواه مسلم)
Artinya : “Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala akan mengangkat (derajat) suatu kaum dengan Al Qur’an ini, dan Allah akan menghinakan kaum yang lainnya dengan Al Qur’an ini pula.” (HR. An-Nasa’i)
Dan Al Qur’an merupakan barokah bagi orang-orang yang mengajarkan dan orang-orang yang mempelajarinya. Maka keduanya adalah sebaik-baik manusia (di sisi Allah subhanahu wa ta'ala ). Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ. (رواه مسلم)
Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Muslim)
Dan karena banyaknya penyimpangan dalam kehidupan dunia ini serta banyaknya manusia yang lalai di dunia, (sehingga) jiwa-jiwa mereka hidup dalam kesedihan dan kesempitan. Maka Al Qur’anlah yang akan menghilangkan kesempitan dan akan mengubur kesedihan-kesedihan tersebut serta melapangkan dada-dada (yang sempit). Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, 
أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُبُ (الرعد: 28)
Artinya : “Ketahuilah, bahwa dengan berdzikir kepada Allah itu akan menenangkan hati.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Bahkan ia akan mengangkat (derajat) pembaca Al Qur’an sekaligus menghilangkan kesempitannya (kegundahannya), menjadikannya termasuk dalam barisannya hamba-hamba Allah yang shalih lagi bertaqwa. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
قُرْآنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِيْ عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ (الزمر: 28)
Artinya : “Yaitu Al Qur’an yang berbahasa arab yang tidak ada kebengkokan padanya agar mereka bertaqwa.” (QS. Az-Zumar: 28) 
Dan Al Qur’an adalah merupakan kitab yang penuh barokah, barangsiapa yang dekat dengannya dan mengamalkannya, niscaya Allah subhanahu wa ta'ala akan memberikan barokah kepadanya di manapun dia berada. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
وَهَذَا ذِكْرٌ مُّبَارَكٌ أَنْزَلْنَاهُ  (الأنبياء : 50)
Artinya : “Dan (Al Qur’an) ini adalah merupakan dzikr (pengingat) yang penuh barokah yang telah Kami turunkan.” (QS. Al Anbiya’ : 50)
Maka ini adalah Kalam (Firman) Allah subhanahu wa ta'ala yang agung, dengannya akan diperoleh kebahagiaan dan hidayah. Maka ikhlaskanlah niat karena Allah subhanahu wa ta'ala dengan tetap mengharap pahala dari sisi Rabb Yang Maha Mulia ketika membacanya. Dan kuatkanlah kesungguhanmu untuk memperbanyak bacaannya serta untuk mengokohkan (memutqinkan) hafalannya, karena sesungguhnya ia adalah Al Qur’an yang dimudahkan (untuk mengingatnya). Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, 
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّ كْرِ (القمر : 17)
Artinya : “Dan sungguh telah Kami mudahkan Al Qur’an itu untuk diingat.” (QS. Al Qomar : 13)
Dan bersandarlah kepada Allah subhanahu wa ta'ala agar menjadikan anda termasuk orang-orang yang hafal Al Qur’an. Maka ia merupakan simpanan yang tiada bandingannya, merupakan kenikmatan yang tidak terhitung dan kebaikannya akan terus-menerus (berturut-turut) serta merupakan sebab diperolehnya barokah yang terus menerus. Dan kupersembahkan untukmu sebuah metode (cara) yang mudah dan ringan dalam menghafal Al Qur’an beserta trik-trik untuk mengokohkannya (memutqinkannya) dan kaidah-kaidah dalam menguatkan hafalannya.
Semoga anda dapat menempuh jalannya orang-orang yang telah menghafalnya dan (semoga) anda diutamakan (dimuliakan) di sisi Alloh subhanahu wa ta'ala dengan (sebab) Al Qur’an tersebut. 
Saya meminta kepada Allah subhanahu wa ta'ala agar menjadikan anda termasuk orang-orang yang menghafalnya dan mengamalkannya serta termasuk orang-orang yang banyak membacanya. Dan semoga Allah subhanahu wa ta'ala mengumpulkan kita di surga firdaus yang tinggi dengan kemuliaan dan keutamaan-Nya. Shalawat beserta salam semoga tetap dilimpahkan atas Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. (Diterjemah dari kitab Afdhalu Thariiqah Li Hifzhi Al Qur'an Al Kariim)

Senin, 12 Desember 2011

Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’di (1889-1956)

Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’di (1889-1956)

s
Beliau adalah seorang ulama terkemuka Syaikh Abdurahman Bin Nashir Bin Abdullah Alu Sa’di. Lahir di kota Unaizah, Gasim, sebuah daerah di Nejd, Arab Saudi. Kedua orang tuanya telah wafat semasa beliau masih kecil. Beliau dikurnia kecerdasan dan daya tangkap yang tinggi serta minat besar untuk menuntut ilmu. Beliau menghafal qur’an sejak dini dan mengkhatamkan hafalannya dengan baik pada usia 12 tahun. Setelah itu beliau memulai menuntut ilmu-ilmu syar’i yang lain. Beliau menimba ilmu dari para ulama-ulama lain yang masuk kesana. Ia curahkan tenaga untuk menuntut ilmu sampai meraih berbagai ilmu dan pengetahuan yang sangat memadai.
Pada usia 23 tahun, dalam berdedikasi kepada ilmu, beliau memulai memadukan antara belajar dan mengajar, mencari dan memberi. Beliau isi seluruh waktu semasa hidup beliau untuk aktivitas itu. Banyak penuntut ilmu, siswa, mahasiswa, dan ulama yang menimba ilmu dari beliau.
Diantara guru-guru beliau:
  1. Syaikh Ibrahim bin Hamd bin Jasir, yang merupakan guru pertama dimana beliau mengkaji ilmu kepadanya.
  2. Syaikh Shalih Bin Utsman, qadhi (hakim) di kota Unaizah. Beliau menimba ilmu darinnya ilmu Fiqh, Ushulul Fiqh, Aqidah Tauhid, Tafsir, Al Qawaid (Gramatika Arab) dan Al Balaghah (dasar-dasar sastra Arab). Beliau menuntut ilmu dan terus mendampinginya (Syaikh Utsman) hingga wafat.
  3. Syaikh Muhammad Amin Asy Syanqiti yang tinggal di Hijaz. Beliau merupakan pengarang Tafsir Adhwaul Bayan.
Syaikh Abdurahman Bin Nashir As Sa’di ini berpengetauan matang tentang fiqh dan ushulul fiqh, dan berwawasan luas tentang Tauhid dan ilmu-ilmu syar’i lainnya. Hal itu karena beliau banyak meluangkan waktu dan mengkaji literatur-literatur standar dan menaruh perhatian khusus pada karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qoyyim.
Disamping itu beliau sangat menaruh perhatian yang tinggi kepada tafsir di segala jenisnya. Beliau telaah semua itu hingga dapat menguasainya dengan baik, sampai akhirnya beliau pun berandil besar dalam bidang tafsir ini. Diantara karya belian di bidang ini adalah:
  1. Taisirul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Manan (8 juz). Kitab tafsir ini sedang diterjemah ke dalam bahasa Indonesia oleh Pustaka Sahifa.
  2. Taisirul Lathifil Mannan fi Khulasati Tafsiril Qur’an.
  3. Al Qawa’idul Hisan li Tafsirl Qur’an
Diantara karya beliau yang lain yang sangat baik untuk dimiliki dan dikaji:
  1. Al Irsyad ila Ma’rifatil Ahkam.
  2. Ar Riyadh An Nadhirah.
  3. Bahjatu Qulubil Abrar.
  4. Manhajus Salikin wa Tawdhihil Fiqh fiddin.
  5. Hukmu Syurbid Dukhan wa Ba’i’ihi wa Syira’ihi.
  6. Al Fatawa As Sa’diyah
  7. 3 Kumpulan Khutbah.
  8. Al Haqqul Wadhihul Mubin bi Syarhi Tauhidil Anbiya’ wal Mursalin
  9. Tawdhihul Kafiyati Syafiyah Syarh Nunniyati Ibnul Qayyim
Beliau memeiliki karya-karya ilmiah di bidang Fiqh, Aqidah (Tauhid), Hadits, Ushul Fiqh, dan artikel-artikel tentang pembinaan masyarakat seta fatwa-fatwa tentang berbagai masalah.
Anak Murid
  1. Syaikh Muhammad bin Soleh al-Uthaimin
Salah seorang murid Syaikh As Sa’di yang termasyhur adalah Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin. Syaikh Al Utsaimin belajar ilmu tauhid, tafsir, hadits, fiqih, ushul fiqh, ilmu waris, musthalah hadits, nahwu dan sarf.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin pernah memberikan sebuah testimoni tentang guru beliau, Syaikh As Sa’di,
Saya banyak sekali terpengaruh dengan metode beliau dalam mengajar dan menyampaikan ilmu, bagaimana mempermudah murid-murid beliau agar bisa memahami dengan beragam contoh dan makna-makna. Dan saya juga terpengaruh dengan akhlak beliau karena Asy Syaikh Abdurrahman rahimahullah adalah orang yang memiliki akhlak yang sangat mulia, beliau rahimahullah banyak sekali ilmu dan ibadahnya, beliau terkadang bersenda gurau dengan yang lebih muda, bermurah senyum dengan yang lebih tua. Dia adalah salah seorang yang kulihat paling baik akhlaknya.”
Demikianlah kesaksian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin terhadap guru beliau Syaikh As Sa’di.
  1. Syaih Abdullah bin Abdul Aziz bin Aqil, salah seorang anggota Hai’ah Ad Daimah bi Majalisil Qadhail A’la – Komite Tetap dalam Mahkamah Agung Kerajaan Saudi Arabia.
Menjelang tutup usia, beliau menderita sakit berat dan mendadak yang merupakan isyarat bagi kedekatan ajal beliau. Dan berpulanglah beliau ke rahmat Allah pada malam Kamis 23 Jumadil Akhir 1376 Hijriyah di kota Unaizah. Beliau telah meninggalkan kesan dan kesedihan yang dalam di lubuk hati setiap orang yang mengenal beliau atau mendengar tentang beliau atau mengkaji karya-karya beliau. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat-Nya yang luas dan mengkaruniakan manfaat bagi kita lewat ilmu dan karya-karya beliau. Amin.
Rujukan

1. Kitab Al Wasail Al Mufidah Lil Hayati As Sa’idah. Direktorat bidang Penerbitan dan Riset Ilmiyah Departemen Agama, Wakaf, dan Bimbingan Islam Arab Saudi – 1425 Hijriyah dengan beberapa penambahan Sumber : Ghuraba
2. Wikipedia http://en.wikipedia.org/wiki/Abd_ar-Rahman_ibn_Nasir_as-Sa%27di
3. Ulama Sunnah  http://ulamasunnah.wordpress.com/2009/05/09/biografi-asy-syaikh-abdurrahman-bin-nashir-as-sadi/