Halaman

Selasa, 17 April 2012

Menebarkan Salam



Islam adalah agama yang sempurna. Sehingga, tidak ada kebaikan sekecil apapun melainkan telah diajarkan. Dan tidak ada kejekan sekecil apapun melainkan telah dilarang.
عَنْ سَلْمَانَ قَالَ قِيلَ لَهُ قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ -صلى الله عليه وسلم- كُلَّ شَىْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ. قَالَ فَقَالَ أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِالْيَمِينِ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ.
Salman Al farisy beliau pernah ditanya: apakah nabi kalian telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu sampai dalam hal buang air? Beliau menjawab: iya, sungguh beliau Shallallahu 'alaihi wasallam melarang kita untuk menghadap kiblat ketika buang air besar atau buang air kecil, dan (melarang pula) untuk membersihkan kotoran (setelah buang air), dengan tangan kanan atau membersihkannya dengan kurang dari tiga batu, atau membersihkannya dengan kotoran hewan (yang kering) atau dengan tulang. (HR. Muslim no. 629 dari Salman Al Farisy).

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang akan senantiasa berhubungan dengan orang lain. Paling tidak dia akan berinteraksi dengan keluarganya . Di luar rumah, dia akan berjumpa dengan berbagai tipe manusia. Ada yang muslim, ada yang kafir, ada yang dewasa dan adapula yang anak-anak. Seorang muslim membutuhkan adab yang baik dalam bergaul dengan masyarakatnya. Diantara bimbingan Islam dalam hal ini adalah dengan menebarkan salam.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (27)
(artinya) : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian, agar kalian (selalu) ingat. (An Nur : 27)

Demikian pula dalam ayat yang lain Allah subhanahu wata'ala berfirman:
فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (61)
(artinya) : Maka apabila kalian memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kalian memberi salam kepada diri kalian sendiri (yang berarti memberi salam kepada penghuninya), salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagi kalian, agar kalian memahaminya. (An Nur : 61)


Tata Cara Mengucapkan Salam
Lalu bagaimanakah tata cara salam yang benar?
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ. فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ ثُمَّ جَلَسَ فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « عَشْرٌ ». ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ « عِشْرُونَ ». ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ. فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ « ثَلاَثُونَ ».
Shahabat yang mulia ‘Imron bin Hushain mengatakan: telah datang seorang lelaki kepada Nabi shollallahu 'alaihi wasallam. Maka dia pun berkata: Assalamu ‘alaikum (semoga keselamatan atas kalian), lalu beliau Shallallahu 'alaihi wasallam pun membalasnya, kemudian orang itu pun duduk. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : sepuluh (kebaikan). Selanjutnya datang lagi orang lain, lalu dia mengatakan: Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah (semoga keselamatan dan rahmat Allah atas kalian). Beliau pun membalasnya, maka orang itu pun duduk. Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: dua puluh (kebaikan). Kemudian datang lagi yang lain, lalu dia mengatakan: Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh (semoga keselamatan dan rahmat Allah dan juga berkahNya atas kalian). Beliau pun membalasnya, lalu orang itupun duduk. Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: tiga puluh (kebaikan). (HR. Abu Dawud no. 5197 dari ‘Imron bin Hushain).

Hadits ini mengajarkan kepada kita tata cara mengucapkan salam. Ada tiga cara dalam mengucapkannya, yaitu assalamu ‘alaikum, assalamu ‘alaikum wa rahmatullah, dan assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh. Masing-masing darinya memiliki pahala tersendiri. Semakin sempurna dalam mengucapkan salam, maka pahala yang akan didapatkan pun semakin banyak. Sebagaimana Allah Subhanahu wata'ala telah memerintahkan untuk membalas salam seseorang dengan yang lebih baik atau yang semisalnya. Hal ini tersebut dalam firmanNya:
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا (86)
(artinya) : Apabila kamu diberi penghormatan (salam) dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. (An Nisa’ :86)

Memberi salam merupakan hak seorang muslim atas muslim yang lainnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ ».
قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ ».
(artinya) : Hak seorang muslim atas muslim yang lainnya ada enam. Lalu ditanyakan kepada beliau: apa saja wahai Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam? Beliau menjawab : apabila kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya, apabila dia mengundangmu maka penuhilah undangannya, apabila dia meminta nasehat kepadamu maka berilah dia nasehat, apabila dia bersin lalu dia mengucapkan alhamduillah, maka doakan dia dengan doa yarhamukallah, apabila dia sakit maka jenguklah dia, dan apabila dia meninggal maka ikutilah jenazahnya. (HR. Muslim no. 5778 dari Abu Hurairah).
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ ، وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ.
Ada seorang bertanya kepada Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam : (diantara ajaran Islam apakah yang paling baik? Baliau menjawab: engkau memberikan makanan (kepada yang membutuhkan), dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang tidak kamu kenal. (HR. Al Bukhari no. 12,28,6236 dan Muslim no. 169 dari ‘Amr Bin Al ‘Ash)

Para shahabat dahulu, tatkala menanyakan sesuatu kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bukan sekedar untuk mencari ilmu, namun juga ingin untuk mengamalkannya. Maka apabila dikatakan kepada mereka Islam seperti ini dan itu, maka mereka akan bersegera untuk mengamalkannya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi yang bertanya kepada seorang alim dan dia meminta kepadanya suatu fatwa, hendaklah meniatkan dalam hatinya untuk mengamalkan, apabila sang alim menunjukkan kepadanya suatu kebaikan. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh para shahabat.

Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan seseorang agar mengucapkan salam kepada orang yang dikenalnya ataupun yang tidak dikenalnya. Maka hendaknya seseorang memberi salam bukan kepada yang dikenal saja, bahkan seyogyanya ia mengucapkan salam dalam rangka untuk mendapatkan pahala dan juga agar menumbuhkan sifat lembut di hati kaum muslimin. Apabila ia mengucapkan salam hanya kepada orang yang dikenal saja, maka tentunya akan terluput darinya kebaikan yang banyak. Apabila misalnya, ada sepuluh orang yang ditemui secara terpisah, namun ia hanya mengenal satu orang saja diantara mereka. Jika hanya mengucapkan salam kepada satu orang saja, tentunya pahala yang ia dapat kurang. Berbeda halnya apabila ia mengucapkan salam kepada orang yang dikenal dan yang tidak dikenal, maka tentunya pahala yang didapat akan semakin banyak. Dan ini merupakan sebab kaum muslimin saling mencintai.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا.أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ ».
(artinya) : kalian tidak akan masuk ke dalam surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak dikatakan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukan kepada kalian sesuatu yang bisa menyebabkan kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian. (HR. Muslim no. 203 dari Abu Hurairah)


Mengucapkan Salam Kepada Orang Kafir
Kemudian, yang perlu diperhatikan adalah masalah mengucapkan salam kepada orang kafir. Apabila seorang bertemu dengan orang kafir, maka tidak boleh baginya untuk mengucapkan salam kepadanya. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang hal tersebut, sebagaimana dalam sabdanya:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ فَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِى طَرِيقٍ فَاضْطَرُّوهُ إِلَى أَضْيَقِهِ ».
(artinya) : Janganlah kalian mendahului mengucapkan salam kepada orang Yahudi dan Nashrani, dan apabila kalian bertemu dengan mereka di jalan, maka sempitkan jalan untuk mereka. (HR. Muslim no. 5789 dari Abu Hurairah)

Lalu bagaimana jika mereka (orang kafir) yang terlebih dahulu mengucapkan salam? Kita jawab wa ‘alaikum (dan atas kalian). Hal ini berdasarkan sabda Nabi shollallahu 'alaihi wasallam:
أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَقُولُوا وَعَلَيْكُمْ.
(artinya) : Apabila ahlul kitab (orang-orang kafir) mengucapkan salam kepada kalian, maka katakanlah wa ‘alaikum (dan atas kalian). (HR. Al Bukhari no. 6258 dan Muslim no. 5780 dari Anas Bin Malik).

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan bahwa orang kafir ketika mengucapkan salam, bukan yang dimaksudkan adalah mendoakan keselamatan sebagaimana kaum muslimin. Akan tetapi, mereka menggunakan lafadz yang mirip, namun maknanya sangat bertentangan. Mereka mengucapkan assaamu ‘alaikum (yang artinya) racun (kecelakaan) atas kalian. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمُ الْيَهُودُ فَإِنَّمَا يَقُولُ أَحَدُهُمُ السَّامُ عَلَيْكَ فَقُلْ وَعَلَيْكَ.
(artinya) : Apabila orang Yahudi mengucapkan salam kepada kalian, maka sesungguhnya mereka mengatakan assaamu ‘alaik (kecelakaan atas kamu), maka jawablah wa ‘alaik (dan atasmu juga). (HR. Al Bukhari no. 6257 dari Abdullah Bin Umar)
أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ مَرَّ يَهُودِيٌّ بِرَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ السَّامُ عَلَيْكَ ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَعَلَيْكَ ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَتَدْرُونَ مَا يَقُولُ : قَالَ السَّامُ عَلَيْكَ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ أَلاَ نَقْتُلُهُ قَالَ : لاََ إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَقُولُوا وَعَلَيْكُمْ.
Anas bin Malik pernah bercerita bahwa ada seorang Yahudi melewati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu dia mengatakan, assaamu ‘alaik (kecelakaan atasmu). Maka Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam menjawab : wa ‘alaik (dan atasmu juga). Tidakkah kalian mengetahui apa yang dia katakan? Dia mengatakan assaamu ‘alaik (kecelakaan atasmu), kata Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam selanjutnya. Para shahabat pun mengatakan : wahai Rasulullah, tidakkah kita membunuhnya? Beliau menjawab : jangan, apabila ahlul kitab mengucapkan salam kepada kalian, maka katakanlah wa ‘alaikum (dan atas kalian juga). (HR. Al Bukhari no. 6926 dari Anas Bin Malik)

Kebiasaan mengucapkan salam kepada sesama kaum muslimin merupakan sifat yang terpuji. Namun dewasa ini, banyak dari kaum muslimin yang meninggalkannya. Ketika bertemu dengan sesamanya, mereka tidak mengucapkan salam. Bahkan ada sebagian mereka yang lebih menyukai ucapan selamat pagi,selamat sore, atau yang semisalnya. Padahal ini merupakan kebiasaan orang-orang kafir. Maka hendaklah kita membiasakan diri-diri kita untuk memberi salam kepada orang lain dengan salam yang sesuai dengan tuntunan syariat.


Adab Mengucapkan Salam
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai suri tauladan yang baik bagi umatnya telah mengajarkan kepada kita adab-adab ketika mengucapkan salam.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِي وَالْمَاشِي عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : يُسَلِّمُ الصَّغِيرُ عَلَى الْكَبِيرِ
Diantara adab yang beliau ajarkan adalah seorang yang berkendaraan memberi salam kepada orang yang berjalan, orang yang berjalan mengucapkan salam kepada orang yang duduk, dan orang yang jumlahnya sedikit memberi salam kepada orang yang jumlahnya banyak. Dalam riwayat yang lain, Nabi shollallahu 'alaihi wasallam menyebutkan: dan yang kecil memberi salam kepada orang dewasa. (HR. Al Bukhari no. 6232,6231 dan Muslim no. 5772 dari Abu Hurairah).

Diantaranya pula adalah memberi salam tatkala memasuki rumah. Allah subhanahu wata'ala berfirman:
فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (61)
(artinya) : Maka apabila kalian memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kalian memberi salam kepada diri kalian sendiri (yang berarti memberi salam kepada penghuninya), salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagi kalian, agar kalian memahaminya. (An Nur : 61)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga mengajarkan untuk memberi salam kepada anak kecil. Hal ini berdasarkan penuturan dari Anas Bin Malik.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّهُ مَرَّ عَلَى صِبْيَانٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ وَقَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَفْعَلُهُ.
Beliau pernah melewati anak-anak lalu beliau pun mengucapkan salam kepada mereka. Maka beliau pun berkata: adalah Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam dahulu beliau biasa melakukan hal tersebut. (HR. Al Bukhari no. 6247 dari Anas Bin Malik)

Dari hadits yang mulia ini kita bisa mengambil faidah, yaitu dibolehkannya memberi salam kepada anak kecil. Dan mengucapkan salam kepada anak-anak merupakan bentuk pengajaran akhlak kepada mereka. Sehingga nantinya mereka juga akan terbiasa mengucapkan salam kepada orang lain. Tidak sedikit dari anak-anak kaum muslimin sekarang ini yang tidak mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang lain. Bahkan ketika masuk rumah mereka tidak memberi salam kepada keluarganya.Anak-anak merupakan generasi penerus yang akan membawa Islam di masa yang akan datang. Oleh karena itu, apabila dididik dengan baik semenjak dini, diharapkan mereka menjadi baik pula di waktu yang akan datang.

Sebagai penutup, ada baiknya kita mengingat hadits Nabi shollallahu 'alaihi wasallam:
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ ».
(artinya): Barangsiapa yang menunjukkan atas suatu kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala semisal pahala yang didapat oleh pelakunya. (HR. Muslim no. 5007 dari Abu Mas’ud Al Anshary).

Semoga dengan mencontohkan atau mengajarkan untuk memberi salam kepada sesama muslim, kita akan mendapatkan pahala semisal pahala orang yang mengamalkannya. Wallahu a'lam.


Oleh : Abu Ali Abdus Shobur hafidzahulloh
Muroja’ah : Al-Ustadz Abu Karimah Askari hafidzahulloh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar